Petani Indramayu Dukung Pemberantasan Tikus Secara Alami
delikdankasus.com – Para petani di Indramayu menyatakan dukungan penuh terhadap program pemberantasan tikus secara alami yang digagas oleh Bupati Lucky Hakim. Langkah ini dinilai sebagai solusi cerdas yang tidak hanya mengurangi populasi hama, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem.
Tikus sawah selama ini menjadi musuh utama petani, terutama saat musim tanam padi. Serangan hama ini sering kali membuat hasil panen turun drastis, bahkan gagal total. Banyak petani sebelumnya mengandalkan racun kimia untuk mengatasi masalah ini, namun cara tersebut terbukti memiliki dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Program yang diluncurkan Bupati Lucky berfokus pada penggunaan metode alami, seperti pelepasan predator alami (ular dan burung hantu) serta pengelolaan habitat agar tikus tidak berkembang biak secara berlebihan. Petani menyambut baik inisiatif ini karena selain lebih aman, juga bisa mengurangi ketergantungan terhadap bahan kimia berbahaya.
Ancaman Hama Tikus di Indramayu
Hama tikus bukan masalah baru di wilayah Indramayu, yang merupakan salah satu lumbung padi terbesar di Jawa Barat. Setiap musim tanam, ribuan hektar lahan pertanian rawan diserang tikus. Mereka mampu merusak tanaman padi dalam jumlah besar hanya dalam waktu singkat.
Serangan hama tikus biasanya meningkat pada musim hujan, ketika sawah tergenang dan tikus mencari tempat yang lebih kering. Selain memakan batang padi, tikus juga merusak bulir padi yang sedang menguning, sehingga kualitas gabah menurun.
Menurut catatan Dinas Pertanian setempat, kerugian akibat hama tikus di Indramayu bisa mencapai miliaran rupiah setiap tahunnya. Angka ini jelas sangat merugikan petani dan mengancam ketahanan pangan daerah. Oleh karena itu, pemberantasan tikus menjadi agenda prioritas pemerintah daerah.
Metode Pemberantasan Tikus Secara Alami
Program Bupati Lucky mengedepankan metode yang ramah lingkungan. Salah satunya adalah memanfaatkan burung hantu (Tyto alba) sebagai predator alami. Burung hantu dikenal efektif memburu tikus, dengan satu ekor burung mampu memangsa hingga lima ekor tikus per malam.
Selain burung hantu, pelepasan ular sawah juga menjadi bagian dari strategi. Ular jenis tertentu mampu mengontrol populasi tikus tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem. Langkah ini disertai edukasi kepada masyarakat agar tidak membunuh ular yang bermanfaat bagi pertanian.
Metode lain yang digunakan adalah gotong royong menutup lubang sarang tikus dan mengatur jadwal tanam serentak. Dengan menanam padi pada waktu yang sama, siklus hidup tikus bisa terputus sehingga serangan hama berkurang.
Dukungan Petani dan Dampak Positifnya
Para petani menyambut positif program ini karena dianggap mampu mengurangi biaya produksi. Sebelumnya, petani harus membeli racun tikus yang harganya tidak murah. Selain itu, penggunaan racun sering kali berdampak buruk pada hewan lain dan mencemari lingkungan.
Dengan metode alami, petani merasa lebih aman karena tidak khawatir hasil panennya terkontaminasi bahan kimia. Mereka juga berharap langkah ini bisa menjadi program berkelanjutan, bukan hanya solusi jangka pendek.
Beberapa petani yang sudah menerapkan metode ini mengaku serangan tikus berkurang signifikan. Hasil panen pun lebih terjaga, dan kualitas gabah tetap baik. Keberhasilan ini membuat program Bupati Lucky mendapat perhatian dari daerah lain.
Harapan dan Langkah Lanjutan
Pemberantasan tikus secara alami yang digagas Bupati Lucky di Indramayu membuktikan bahwa solusi ramah lingkungan bisa berjalan efektif. Dukungan petani menjadi kunci sukses program ini, ditambah komitmen pemerintah daerah untuk terus memantau dan mengembangkan metode yang digunakan.
Ke depan, diharapkan metode ini bisa diperluas ke wilayah lain di Indonesia yang menghadapi masalah serupa. Dengan menggabungkan kearifan lokal, teknologi, dan partisipasi masyarakat, pemberantasan hama bisa dilakukan tanpa merusak lingkungan, sekaligus menjaga keberlanjutan produksi pangan nasional.